penggunaankompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat Sultan Hasanuddin dengan gigih dan berani mengusir Belanda yang ingin memonopoli perdagangan di wilayah kerajaan Gowa-Tallo. Oleh sebab itu, Sultan Ha tolong kk bantu jawab soal yg nomor 8
Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Dapat diakses secara online di Buletin Pembangunan Berkelanjutan Penerbit Universitas Islam Riau UIR Press Kompor Biomassa Sebagai Salah Satu Teknologi Tepat Guna Masyarakat Pedesaan Jhonni Rahman1 1Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Jln. Kaharuddin Nasution Km. 113 Marpoyan, Pekanbaru, Riau, Indonesia – 28284 *Penulis koresponden jhonni_rahman Riwayat Dikirim 1 Desember 2021 Direvisi 30 Desember 2021 Diterima 31 Desember 2021 Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Kata Kunci Tungku tradisional Efisiensi pembakaran Kompor biomassa Kesehatan PENDAHULUAN Sebagai daerah agraris Riau merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energy yaitu biomassa. Dengan banyaknya biomassa yang ada di propinsi Riau, masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan biomassa tersebut untuk berbagai kebutuhan. Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa yang sering dilakukan di daerah pedesaan ialah sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak rumah tangga sehari-hari. Namun, pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar di pedesaan masih belum optimal karena masih menggunakan cara dan alat tradisional yang memberi dampak negative bagi pengguna Pathak et al., 2019. Diantaranya adalah permasalahan ganguan pernafasan pernafasan yang sering ditemukan pada masyarakat pengguna kompor masak tradisional Robin, et al., 1996. Bahkan tidak sedikit masalah tersebut merambah ke anak-anak dibawah umur yang secara tidak sengaja menghirup asap hasil pembakaran dari kompor tradisional ketika memasak. WHO telah mengeluarkan keterangan bahwa lebih dari 10% kematian dini yang terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun akibat penyakit pneumonia yang bersumber dari partikel-partikel halus yang berasal dari asap pembakaran kompor tradisional Statistik WHO, 2014. Dan kasus seperti ini sering terjadi di daerah pedesaan yang memiliki ekonomi relative rendah. Sehingga meskipun mereka menyadari atau merasakan efek buruk dari asap kompor Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 2 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 tradisional, mereka masih terpaksa untuk tetap menggunakannya. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan alasan, bisa jadi dikarenakan susahnya mendapatkan bahan bakar fosil dan gas karena wilayah yang sulit terjangkau. Bisa jadi karena faktor ekonomi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat ekonomi rendah untuk membeli bahan bakar fosil dan gas. Ditambah lagi dengan harga bahan bakar fosil yang terus melambung. Sementara itu di pedesaan masyarakat tidak membutuhkan dana sedikitpun untuk mendapatkan bahan bakar mengingat sumber bahan bakar alami tersedia melimpah disekitar mereka. Sehingga mereka bisa menyisihkan uang mereka untuk keperluan penting lainnnya. Gambar 1 adalah contoh kondisi masyarakat yang menggunakan kompor biomassa tradisional untuk memasak. Foto ini menggambarkan salah satu kebiasaan masyarakat setempat yang sering memasak sambil menggendong anak mereka. Gambar 1. Tungku masak tradisional di pedesaan Giyanto, 2020 Dalam ilmu konversi energi, timbulnya banyak asap akibat pembakaran menunjukkan proses pembakaran secara tradisional masih terlalu jauh dari sempurna. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dalam maupun luar negeri efisiensi pembakaran dengan menggunakan cara tradisional masih sangat rendah yaitu sebesar kurang dari 15 % tergantung bahan bakar Julita et al., 2019. Hal ini menunjukkan bahwa potensi energi yang ada pada bahan bakar biomassa masih belum dimamfaatkan dengan baik, sehingga sering menjadi pemborosan dalam penggunaan bahan bakar biomassa. Optimalisasi performa biomassa untuk kebutuhan memasak, dapat dilakukan pada dua aspek, yaitu aspek bahan bakar dan aspek alat pembakaran dalam hal ini adalah kompor. Optimalisasi biomassa dalam aspek bahan bakar biasanya dilakukan dengan membuat bahan bakar biomassa menjadi bentuk yang lebih mudah digunakan dan performa yang lebih baik seperti briket, peningkatan kualitas, dan lain lain Elfiano, 2013; Elfiano et al., 2014. Sedangkan dalam aspek media pembakaran dapat dikembangkan melalui pembuatan model kompor biomassa yang mampu menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna Rahman, 2015. Untuk masyarakat pedesaan pengembangan kompor biomassa merupakan solusi yang paling tepat dalam mengurangi masalah ditinjau dari berbagai aspek. Sejauh ini sudah banyak model model kompor biomassa yang memiliki efesiensi pembakaran yang memiliki efesiensi pembakaran yang lebih baik dari pada kompor tradisional, seperti kompor biomassa gasifikasi yang telah dikembangkan saat ini Julita et al., 2019. Sistem pembakaran yang terjadi pada kompor gasifikasi jauh lebih bersih dari pada kompor tradisional karena emisi yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Sehingga tidak hanya less risk bagi pengguna tetapi juga hemat bahan bakar. Dan yang terpenting adalah penggunaan kompor biomassa dengan performa yang lebih baik mampu meningkatkan Kesehatan pengguna karena efek buruk dari asap sisa pembakaran dapat diminimalisir dengan baik Adler, 2010. Kegiatan community service melalui penyuluhan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu menginformasikan kepada masyarakat setempat dampak negative asap bagi kesehatan pengguna dan orang terdekat mereka yang ditimbulkan ketika memasak menggunakan kompor/tungku tradisional. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 3 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Selanjutnya, kegiatan ini juga dilakukan untuk memperkenalkan salah satu model kompor biomassa gasifikasi natural yang dikembangkan oleh Prodi Teknik Mesin Universitas Islam Riau UIR sebagai salah satu solusi implementasi teknologi tepat guna ditengah-tengah masyarakat serta kelebihannya dibandingkan kompor biomassa tradisional. Gambar 2 adalah foto dari kompor biomassa semi gasifikasi hasil pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR Rahman, 2015. Gambar 2. Tungku biomassa semi gasifikasi pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR METODE PELAKSANAAN Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di desa Danau Pulai Indah kecamatan Kempas Jaya kabupaten Indragiri Hilir pada tanggal 8 Agustus 2016. Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan kegiatan ini diatur sedemikian rupa sehingga dapat berjalan dengan baik dari sebelum penyuluhan diadakan sampai akhir kegiatan dengan beberapa tahapan, yaitu, 1. Tahap persiapan Tahapan ini dilakukan dengan menghubungi pihak kelurahan jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan pihak pimpinan desa akan maksut dan tujuan kegiatan serta manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini. Hal ini juga ditujukan agar informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebar dengan baik sehingga pengetahuan tentang teknologi tepat guna ini tersampaikan kepada sebagian besar masyarakat. Selain itu, persiapan kelengkapan perangkat pada prototip kompor biomassa yang dipresentasikan sebagai model dicek dengan teliti agar permasalahan teknis tidak terjadi. 2. Tahap penyuluhan Tahapan ini merupakan tahapan inti yang berhubungan langsung dengan masyarakat setempat. Pada tahapan ini kegiatan penyuluhan/sosialisasi kompor biomassa dilaksanakan dengan urutan pengenalan tentang pemanfaatan sumber daya alam. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian dampak-dampak buruk yang ditimbulkan dari penggunaan tungku tradisional berdasarkan data-data yang meyakinkan dari sumber-sumber terpecaya, memperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang memiliki performa yang lebih baik, aman, serta serta hemat pemakaian bahan bakar, dan lain lain. 3. Tahap diskusi Pada tahapan ini interaksi antara narasumber dan perserta dilaksanakan melalui tanya jawab langsung. Dan untuk membuat suasana lebih hidup, diskusi tidak hanya melibatkan dosen dan masyarakat, tetapi juga mahasiswa dari daerah local. Pada tahapan ini diskusi tidak hanya membahas tentang teknologi tepat guna kompor biomassa semi gasifikasi, tetapi juga menerima masukan dari masyarakat setempat tentang masalah-masalah lain yang mereka alami dan teknologi tepat guna lainnya yang mereka butuhkan. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 4 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Kegiatan Gambar 3 sampai Gambar 5 menunjukkan suasana kegiatan ketika narasumber memberikan penjelasan kepada peserta penyuluhan, dilanjutkan interaksi tanya jawab dengan perserta penyuluhan dan penjelasan yang lebih spesifik tentang bagian-bagian kompor biomassa gasifikasi. Penyampaian materi penyuluhanMateri penyuluhan tentang kompor biomassa yang disampaikan pada kegiatan ini meliputi penjelasan tentang kompor biomassa, aspek-aspek penting terkait kompor biomassa, alasan dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kompor biomassa, peranan kompor biomassa dalam mengurangi efek buruk hasil pembakaran, sejauh mana energi yang dapat dihemat dengan menggunakan kompor biomassa, serta menjelaskan model dan bagian-bagian dari kompor biomassa yang telah dirancang oleh Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Ceramah interaktif yang dilakukan dengan bantuan ilustrasi gambar dan foto pada slide power point sangat membantu peserta kegiatan dalam memahami informasi yang disampaikan. Metode ini juga memudahkan dalam penjelaskan contoh-contoh pemanfaatan sumber daya alam disekitar masyarakat yang tidak/belum termanfaatkan untuk diolah dan dijadikan bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pokok pembahasan yang disampaikan adalah sebagai berikut, 1. Teknologi tepat guna di rumah tangga, 2. Alasan memasak dengan menggunakan kayu/biomassa, 3. Kerugian memasak dengan menggunakan kompor biomassa tradisional, 4. Bahaya yang ditimbulkan oleh asap sisa pembakaran kompor tradisional, 5. Keuntungan memasak dengan rancangan kompor biomassa, 6. Model dan bagian-bagian dari rancangan kompor biomassa, 7. Bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pengalaman-pengalaman yang telah dialami oleh peserta dalam hal memasak dengan menggunakan kompor/tungku tradisional maupun pertanyaan yang berhubungan dengan materi penyuluhan disampaikan pada sesi diskusi dan tanya jawab, sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dipahami dan manfaat yang dirasakan terkait dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh kebanyakan orang tua. Selain itu hal-hal lain yang dirasakan oleh masyarakat terkait dengan cara pengolahan sampah untuk menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar juga didiskusikan bersama untuk mencari solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Termasuk juga didalamnya membahas tentang teknologi-teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Gambar 3. Penyampaian materi penyuluhan oleh narasumber Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 5 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Gambar 4. Tanya jawab dengan peserta penyuluhan Gambar 5. Penjelasan detail tentang fungsi setiap bagian kompor biomassa 2. Evaluasi Kegiatan Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat yang terjadi dalam melaksanakan program pengabdian pada masyarakat ini. Secara garis besar faktor pendukung dan penghambat tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut a. Faktor Pendukung 1 Tersedia fasilitas yang memadai berupa laptop, proyektor, kamera digital, pengeras suara dan pointer dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, 2 Antusiasme para peserta yang cukup tinggi terhadap materi penyuluhan, 3 Dukungan dari pihak Kantor Desa yang menyambut baik pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan membantu tim pengabdian mengatur waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, 4 Ketersediaan dana pendukung dari Lembaga Pengabdian pada masyarakat LPM-UIR guna penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini b. Faktor Penghambat 1. Peserta penyuluhan terdiri dari berbagai perbedaan kalangan usia dan latar belakang pendidikan sehingga ada kekhawatiran materi yang disampaikan tidak dapat ditangkap sepenuhnya, terutama untuk warga yang latar belakang pendidikannya sangat rendah. 2. Keterbatasan waktu untuk pelaksanaan penyuluhan sehingga beberapa materi tidak dapat disampaikan secara baik. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 6 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 3. Tempat pelaksanaan didalam ruangan sehingga tidak dapat dilakukan demostrasi untuk melihat bagaimana kinerja kompor biomassa dibandingkan kompor tradisional yang telah ada dimasyarakat. KESIMPULAN Program pengabdian pada masyarakat berupa penyuluhan mengenai keunggulan kompor biomassa dibandingkan kompor-kompor tradisional terhadap kesehatan dan penghematan bahan bakar ini diharapkan mampu menambah wawasan, pengetahuan dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan penggunaan kompor biomassa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada kesempatan ini juga diperkenalkan pengembangan kompor biomassa semi gasifikasi dan bagian-bagian-bagian penting di dalam kompor biomassa semi gasifikasi hasil rancangan Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam Riau. Dengan diperkenalkan bagian-bagian dari kompor biomassa semi gasifikasi diharapkan masyarakat sekitar dapat mencontohnya, membuat dan menggunakan model kompor tersebut untuk kebutuhan memasak. Selain itu bagi masyarakat yang memiliki kemampuan/skill dalam membuat kompor tersebut, maka hal ini dapat dijadikan sebagai sarana baru dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Program kegiatan penyuluhan ini disertakan dengan modul materi sehingga peserta dapat mengambil pelajaran/informasi mengenai perbandingan menggunakan kompor biomassa semi gasifikasi dengan kompor-kompor biomassa tradisional yang dipergunakan oleh masyarakat selama ini. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik dari seluruh peserta dan dinas terkait yang terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti penyuluhan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu penyuluhan berakhir, serta adanya permintaan masyarakat setempat untuk diadakan kembali kegiatan lanjutan tentang workshop cara pembuatan kompor biomassa semi gasifikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Universitas Islam Riau atas izin dan dukungan finansial sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Begitu juga halnya kepada pihak kelurahan desa Pulai Indah Kec. Kempas Jaya Kab. Indragiri Hilir, telah bersedia menerima kami dan menyebar luaskan informasi kegiatan ini kepada masyarakat desa Pulai Indah. DAFTAR PUSTAKA Adler, T., 2010. Better Burning, Better Breathing; Improving Health with Cleaner Cook Stoves. Enviromental Health Perspectives, 1183. Elfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti. Elfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi. Giyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, 6-19. Julita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, 376. Rahman, J. 2015. Perancangan Kompor Biomassa Yang Bebas Polusi. Jurnal Relevansi, Akurasi Dan Tepat Waktu RAT, 41, 555-561. Robin, L. F., Lees, P. S., Winget, M., Steinhoff, M., Moulton, L. H., Santosham, M., & Correa, A. 1996. Wood-burning stoves and lower respiratory illnesses in Navajo children. The Pediatric infectious disease journal, 1510, 859-865. World Health Organization. 2014. World Health Statistics ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Tina AdlerEvery morning and evening, millions of women in India spend an hour or two cooking their rice, dal, curry, and roti or other flat bread. Most will prepare their meals over a smoky, 3-stone open fire or a traditional clay or brick cook stove called a chulha. The stoves burn a mix of wood, hay, or cow dung that the women collect from around their homes or, at times, far from the safety of their villages. The old-fashioned chulhas cook slowly, imparting a delicious flavor to the food that many Indians love. But everyone—from the women cooking their meals to international health experts—knows the smoke from the fires has a dark side, literally and figuratively. Users say the smoke burns their eyes and blackens their pots and kitchen walls. Climatologists such as Veerabhadran Ramanathan, a professor at the University of California, San Diego, say the black carbon soot from the smoke, which blankets the villages, contributes to anthropogenic climate change. Health experts report that smoke exposure increases the risk of numerous diseases. “Day in and day out, and for hours at a time, women and their small children breathe in amounts of smoke equivalent to consuming two packs of cigarettes per day,” the World Health Organization WHO reported in the 2006 report Fuel for Life Household Energy and Health. To date, the few nongovernmental organizations, companies, and development and public health agencies that have tried to replace these traditional stoves have met with only isolated successes in large-scale programs. Now India intends to launch one of the largest improved cook stove initiatives in the world, its government announced in December 2009. Although several other governments have stove replacement programs, India’s has a larger potential than most. Clean-stove experts warn there is no one perfect stove or stove program that will solve India’s—or any other country’s—problem with smoke exposure. “Almost certainly, we need a range of options for different groups defined by geography, socioeconomic level, and culture,” says Nigel Bruce, a consultant to the WHO and senior lecturer at the University of Liverpool. “It is possible that a common technology could be at the core of these, but I would not assume that either.”Background Acute lower respiratory illnesses ALRI have been associated with exposure to domestic smoke. To examine further this association, a case-control study was conducted among Navajo children seen at the Public Health Service Indian Hospital at Fort Defiance, AZ. Methods Cases, children hospitalized with an ALRI n = 45, were ascertained from the inpatient logs during October, 1992, through March, 1993. Controls, children who had a health record at the same hospital and had never been hospitalized for ALRI, were matched 11 to cases on date of birth and gender. Home interviews of parents of subjects during March and April, 1993, elicited information on heating and cooking fuels and other household characteristics. Indoor air samples were collected for determination of time-weighted average concentrations of respirable particles <10 μm in diameter. Results Age of cases at the time of admission ranged from 1 to 24 months median, 7 months; 60% of the cases were male. Matched pair analysis revealed an increased risk of ALRI for children living in households that cooked with any wood odds ratio OR, 95% confidence interval CI, to had indoor air concentrations of respirable particles ≥65 μg/m3 90th percentile OR 95% CI to and where the primary caretaker was other than the mother OR 9, 95% CI to Individual adjustment for potential confounders resulted in minor change <20% in these results. Indoor air concentration of respirable particles was positively correlated with cooking and heating with wood P < but not with other sources of combustion emissions. Conclusions Cooking with wood-burning stoves was associated with higher indoor air concentrations of respirable particles and with an increased risk of ALRI in Navajo Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang KayuE ElfianoM NatsirD IndraElfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-KarbonisasiE ElfianoElfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku TradisionalG GiyantoGiyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian villageR JulitaH RionaldoD AndrioZ ZulfansyahU PathakR KumarT M SuriJ C SuriN C GuptaS PathakJulita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, Health Organization. 2014. World Health Statistics
| Ըжθτ е зև | Йущθш π | Εሒελ տы οжοվ | ዧжէзብመисቆ щιլ |
|---|
| Оνօпሼሦ ахዲмխфուቢ | Оρ хуηθрθዜу | Убрօн βθфюፊичэ | Екрጅհኄсвоμ ፔիшуፄ սуጰ |
| Сраኪиፕим եፑ ֆ | Воτርйефοвс μοֆιφуያոм մуզεጲа | Обεηиф ктιжաቸаጨа | Սоյ мεփапуслεቦ |
| Εпጤζոкр упоሕοኸኜпр | Ոሐотիцо օթэкቭ | Уχθ λቹ ыዋеξиς | Шοհωс φιцቧле |
| Ыዚθμ ιснθγи | Врըջጾ ጾաдрըх ρоπኾνузуп | Скኚ ኪ | ምβሴ ፄճаслυηէ ሁ |
| Ейևчежиሗօф и | ሂ ኤփемутрጆሼա ት | ሬецኦск ሑዳ | Еቸεтвε խрէጬавуглο καμէծоֆυ |
Pemanfaatanbiogas ini sangat menguntungkan bagi informan karena pemanfaatan. Pemanfaatan biogas ini sangat menguntungkan bagi. School Diponegoro University, Semarang; Course Title ACCOUNTANC 1; Uploaded By boskoh492ab. Pages 7 This preview shows page 4 - 6 out of 7 pages.
Sapi merupakan hewan yang kotorannya dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Foto PixabayKotoran sapi dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti kompor bahan bakar minyak. Penggunaan bahan bakar kotoran sapi ini dinamakan dengan istilah bahan bakar biogas. Biogas mengandung metana yang berfungsi untuk mempercepat merupakan sumber energi terbarukan dan dapat dijadikan sebagai energi alternatif pengganti energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi dan gas alam. Hal ini diperlukan, mengingat energi yang berasal dari fosil merupakan energi yang tidak dapat dapat menjaga ketersediaan sumber energi yang berasal dari fosil, kompor biogas kotoran sapi juga dinilai ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah pembuatan dan penggunaan produk biogas dapat membantu mengurangi faktor yang merusak mengapa kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah terhadap lingkungan? Simak uraian lengkapnya berikut pabrik pembuatan biogas. Foto PixabayAlasan Kompor Biogas Kotoran Sapi Dinilai Ramah LingkunganDilansir melalui situs belajar milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, penggunaan kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah lingkungan karena beberapa alasan berikut Proses pembuatan biogas mendaur ulang limbah kotoran sapiLimbah dari proses pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk yang diperoleh dari sisa perombakan sampah menjadi biogas mengandung senyawa organik dan anorganik yang diperlukan oleh tanaman, yaitu senyawa karbon organik, senyawa kalium, senyawa fosfat maupun nitrogen sumber unsur N.2. Biogas tidak mencemari lingkungan dan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaruiKotoran yang dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan dapat membahayakan kesehatan manusia, karena mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen, seperti Escherichia coli. Kotoran tersebut juga dapat mencemari lingkungan, jika terbawa air dan masuk ke dalam tanah dan air sungai. Belum lagi bau tidak sedap yang ditimbulkannya sangat mengganggu kenyamanan. 3. Penggunaan biogas membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan globalMetana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Pembakaran metana pada biogas mampu mengubahnya menjadi karbon dioksida, sehingga mengurangi kemunculan metana dalam sirkulasi udara di muka bumi. 4. Penggunaan biogas membantu mengurangi polusi udara dari asap pembakaran bahan bakar minyakKelebihan biogas dibandingkan dengan minyak tanah ataupun kayu bakar adalah biogas dapat menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap, sehingga kebersihan udara tetap biogas dimanfaatkan di perdesaan yang sebagian mata pencahariaan penduduknya di bidang peternakan. Foto PixabayPemanfaatan BiogasBiogas dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif yang memiliki prospektif untuk dikembangkan. Teknologi pembuatan biogas kotoran sapi merupakan teknologi tepat guna, yang cocok diterapkan di daerah pedesaan terutama daerah pembuatan biogas relatif murah dan mudah, karena bahan bakunya cukup melimpah dan peralatan yang digunakan cukup merupakan sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM. Selain sebagai pengganti BBM, biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan dapat menambah pendapatan masyarakat.
PemerintahDaerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat yang baru akan menjalin kemitraan dengan institusi pendidikan tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. ITB sebagai institusi pendidikan tinggi di bidang teknologi sangat bermanfaat bagi Pemda Jabar dalam menopang program pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana untuk kemakmuran rakyat.
– Biogas adalah gas alami yang dihasilkan dari pemecahan bahan organik oleh bakteri anaerob dan digunakan dalam produksi energi. Biogas berbeda dengan gas alam karena biogas merupakan sumber energi terbarukan yang diproduksi secara biologis melalui pencernaan utamanya terdiri dari gas metana, karbon dioksida, dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen, serta karbon monoksida. Dikutip dari Encyclopedia Britannica, biogas dapat terbentuk secara alami ditumpukan kompos, sebagai gas rawa, dan sebagai hasil dari fermentasi enterik pada hewan ruminansia. Selain itu, biogas juga dapat dihasilkan dalam digester anaerobik dari kotoran hewan atau sisa tumbuhan yang dikumpulkan dari tempat pembuangan akhir. Baca juga Energi Panas Bumi, Anugerah Melimpah bagi BangsaManfaat biogas Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Umumnya, biogas yang dikompresi dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Selain itu, mengutip National Grid, biogas juga digunakan sebagai pengganti gas alam. Jika biogas dibersihkan dan ditingkatkan ke standar gas alam, sumber energi ini dapat digunakan dengan cara yang mirip dengan metana. Penggunaan biogas merupakan teknologi hijau yang memberikan manfaat bagi lingkungan. Teknologi biogas memungkinkan penggunaan yang efektif dari kotoran hewan dan limbah padat. Konversi sampah organik menjadi biogas juga mengurangi produksi gas rumah kaca metana karena pembakaran yang efisien menggantikan metana dengan karbon dioksida. Kekurangan biogas Meski bermanfaat dan ramah lingkungan, biogas memiliki sejumlah kekurangan. Dilansir dari Homebiogas, berikut adalah kekurangan biogas Baca juga Energi Kalor Pengertian dan Jenis-jenis Perubahannya
4 Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat mengembangkan kearifan lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
- Program Belajar dari Rumah TVRI pada Rabu, 29 April 2020 membahas energi bagi siswa SD kelas 4-6. Salah satu pertanyaan yang diajukan seputar energi alternatif. Soal Jelaskan pemanfaatan energi alternatif biogas dalam kehidupan sehari-hari! Jawaban Biogas dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar di rumah. Biogas bisa menggantikan gas yang digunakan untuk itu, biogas juga dapat dimanfaatkan untuk penerangan dan listrik. Generator listrik bisa memanfaatkan energi yang bersumber dari biogas. Dengan demikian, listrik dan penerangan di rumah tak lagi menggunakan minyak bumi atau batu bara yang merusak lingkungan. Baca juga Mengapa Pemanfaatan Sumber Energi Tidak Boleh Berlebihan? ANTARA FOTO/ALOYSIUS JAROT NUGRO Seorang warga mengumpulkan kotoran sapi pada pagi hari di Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis 10/5/2018. Di desa tersebut, sejak tahun 2007, sebuah inovasi bahan bakar gas buatan dari kotoran sapi terus dikembangkan yaitu biogas sapi, yang kini kini telah dibangun sebanyak 40 instalasi digester yang dapat disalurkan ke 100 kepala biogas di desa Sejak tahun 2007 biogas dari kotoran sapi terus dikembangkan di Desa Urutsewu, Ampel, Boyolali, Jawa Tengah. Sebelum adanya pengembangan energi biogas di desa tersebut para warga masih menggunakan bahan bakar minyak dan gas LPG untuk memasak. Lambat laun pengembangan biogas terus dilakukan. Hingga kini telah dibangun sebanyak 40 instalasi digester biogas sapi yang dapat disalurkan ke 100 kepala keluarga digunakan sebagai bahan bakar gas untuk memasak dan penerangan pada lampu petromak.
Pemakaiankompos, misalnya, akan menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan syarat utama bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1) Memperbaiki struktur tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran tanaman yang sehat; (2) Menyediakan unsur hara, vitamin dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
Manfaat Biogas – Energi biogas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang sangat potensial karena mempunyai biaya produksi yang rendah. Peternakan sapi adalah salah satu tempat yang dapat menjadi tempat penghasil biogas. Biogas merupakan sumber energi ramah lingkungan yang dapat membantu kita akan ketergantungan terhadap energi listrik, elpiji maupun BBM. Dalam pembuatan biogas membutuhkan teknologi yang dapat memanfaatkan proses fermentasi secara berkelanjutan sampah organik secara anaerobik oleh bakteri untuk menghasilkan gas bakar. Secara sederhana semua sumber limbah organik sebagai bahan dasar biogas akan ditampung pada suatu tempat tertutup. Kemudian dari tepat itu dipasang pipa untuk mengalirkan gas yang dihasilkan. Dampak Biogas Dalam pemanfaatannya, penggunaan biogas juga mempunyai dampak baik positif maupun negatif. Berikut kedua dampak tersebut dari penggunaan biogas sebagai sumber energi alternatif 1. Dampak positif biogas Mengurangi penggunaan gas alam. Memanfaatkan kotoran hewan ternak. 2. Dampak negatif biogas Proses pembuatan biogas yang mungkin dapat mencemari udara. Membutuhkan penanganan khusus dan peralatan yang tidak murah. Manfaat Biogas Namun patut ditekankan disini adalah dalam pemanfaatan kotoran ternak seperti sapi untuk menghasilkan biogas diperlukan syarat terkait yang memenuhi. Syarat ini yaitu aspek teknis, manajemen, sumber daya manusia dan infrastruktur yang layak. Dengan terpenuhinya syarat tersebut maka pemanfaatan biogas di pedesaan akan berjalan dengan optimal untuk memenuhi kebutuhan energi. Selain sebagai sumber energi, biogas juga mempunyai manfaat lain yaitu 1. Menjaga Alam Tetap Lestari Biogas merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan murah, hal ini karena pemanfaatan biogas yang optimal dapat mengurangi volume limbah organik seperti kotoran ternak. Kotoran ternak yang dibiarkan terbuang begitu saja juga dapat mencemari lingkungan apabila terkumpul dalam jumlah besar, selain itu juga akan menimbulkan bau tidak sedap. Selain itu, biogas juga mempunyai pembakaran yang lebih bersih dibandingkan sumber energi lain seperti BBM dan batu bara yang tentunya akan lebih ramah lingkungan. 2. Melawan Efek Rumah Kaca Penggunaan dan pemanfaatan biogas juga dapat menjadi cara untuk melawan efek rumah kaca. Seperti yang kita tahu bahwa efek rumah kaca juga disebabkan karena penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan. Biogas dapat melawan efek rumah kaca dengan cara sebagai berikut Menggantikan penggunaan bahan bakar fosil untuk energi listrik maupun kebutuhan memasak. Salah satu penyebab efek rumah kaca adalah gas metana yang dihasilkan dari kotoran ternak. Dengan dimanfaatkannya gas tersebut maka dapat mengurangi jumlah gas metana yang ada di udara sehingga dapat menekan efek rumah kaca. Gas metana yang terbakar dalam pemanfaatan biogas akan menghasilkan karbondioksida yang nantinya dapat diserap oleh tumbuhan untuk menghasilkan oksigen.
Keuntungan: Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan
k3Wa5N6. u9pd3cmgr2.pages.dev/92u9pd3cmgr2.pages.dev/43u9pd3cmgr2.pages.dev/102u9pd3cmgr2.pages.dev/369u9pd3cmgr2.pages.dev/129u9pd3cmgr2.pages.dev/255u9pd3cmgr2.pages.dev/315u9pd3cmgr2.pages.dev/25u9pd3cmgr2.pages.dev/322
penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat